EVALUASI KINERJA
Dosen:
Mariana,
S.Pd., M.Pd.
Disusun
Oleh:
1.
Nindy Cahya F. S. (118
694 244)
2.
Alayyal Khikmah (118
694 247)
3.
Irma Rosyida (118
694 248)
4.
Santhya Widowati (118
694 273)
5.
Ajeng Triyana N. (118
694 277)
S1 AKUNTANSI 2011 BB
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, makalah Akuntansi Manajemen yang berjudul “Evaluasi Kinerja” ini
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah atas tujuan untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Ibu Mariana, S.Pd., M.Pd. selaku dosen mata kuliah Akuntansi Manajemen,
serta untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai evaluasi kinerja perusahaan.
Pada
kesempatan ini kami juga berterimakasih kepada Ibu Mariana, S.Pd., M.Pd. yang
telah banyak membimbing kami dalam penulisan makalah ini. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan kami meminta maaf apabila
terdapat kesalahan pada penulisan makalah di mana tidak ada unsur kesengajaan.
Dan dengan tangan terbuka kami menerima saran terhadap makalah yang kami
sajikan ini untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Surabaya,
16 November 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pengukuran dilakukan dengan
membandingkan kinerja keuangnan sesungguhnya dibandinghkan dengan kinerja
keuangan yang dianggarkan. Sistem pengukuran demikian sering disebut dengan
sistem pengukuran kinerja tradisional. Asumsi yang digunakan dalam sistem
pengukuran tradisional adalah bahwa pekerja dapat mengerjakan sesuatu yang
telah ditetapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan perusahaan tanpa ada
keharusan untuk melakukan inovasi. Untuk memenangkan persaingan global, sistem
pengukuran yang hanya mempertimbangkan aspek keuangan semata tidak dapat
mencerminkan kinerja manajemen sesungguhnya, sehingga diperlukan sistem
pengukuran yang tidak hanya mempertimbangkan ukuran-ukuran keuangan tetapi juga
ukuran non keuangan.
Untuk menjalankan tugas-tugasnya, manajemen membutuhkan berbagai informasi, yaitu:
Untuk menjalankan tugas-tugasnya, manajemen membutuhkan berbagai informasi, yaitu:
1. Informasi
informal
Bayak
informasi yang digunakan manajer adalah informasi informal manajer menerimanya
melalui pengamatan, percakapan, telepon, rapat, memo, pertemuan-pertemuan
sehingga sama sekali berbeda dengan informasi yang diperoleh dari laporan
formal.
2. Informasi
pengendalian tugas
Kebanyakan
informasi yang ada pada suatu organisasi adalah
informasi pengendalin tugas. Sistem pengendalian produksi menyediakn informasi
yang menjadwalkan pengiriman bahan baku, penggunaan tenaga kerja dan sumber
daya lain, sehingga produk yang sebenarnya dan jumlah yang benar dapat
diperoleh pada akhir proses, sistem ini juga mengendalikan pemesanan gaji
penyimpanan dan aktifitas lain. Informasi pengendalina manajemen terutama
merupakan ringkasan dari pengendalian tugas. Karena pesatnya perkembangan komputer
dan biaya pertransaksi yang semakin rendah masalah utama dalam memperoleh
informasi manajemen yang bermanfaat telah menjadikan sebagian kecil dari informasi
yang tersedia mudah digunakan oleh manajer.
3. Laporan
anggaran
Anggaran
yang disetujui merupakan media pengendalian aktivitas
pusat pertanggungjawaban yang ada, dan suatu laporan yang membandingkan
pendapatan sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan merupakan keuangan yang
penting. Walaupun anggaran merupakan pedoman penting bagi manajer pusat
pertanggung bjawaban, anggaran hanyalah merupakan pedoman. Jika manajer
menemukan cara yang lebih baik dalam mencapai tujuan atau jika keadaan berubah
dari asumsi awal manajer boleh tidak menggunakan anggaran.
4. Informasi
non keuangan
Informasi
non keuangan tertentu merupakan indikator penting tentang bagaimana strategi yang dipilioh diterapkan hal ini mengacu pada
beberapa cara: variabel penting, faktor-faktor strategi, faktor kesuksesan
kunci, faktor kesuksesan kritis atau indikator kinerja kunci.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
konsep pengukuran kinerja dan apa manfaatnya?
2. Bagaimana
konsep dari evaluasi kinerja?
3. Bagaimana
konsep Balanced Scorecard dalam evaluasi kinerja?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui konsep pengukuran kinerja dan manfaatnya bagi perusahaan.
2. Untuk
mengetahui evaluasi kinerja yang diterapkan oleh perusahaan.
3. Untuk
mengetahui konsep balanced scorecard dalam evaluasi kinerja.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengukuran
Kinerja
Kinerja adalah kontribusi yang dapat
diberikan oleh suatu bagian pencapaian tujuan perusahaan. Sedangkan pengukuran
kinerja adalah suatu penilaian untuk menentukan seberapa efektifnya suatu
operasi berjalan dalam suatu organisasi berdasarkan kriteria yang ditetapkan
sebelumnya. Penilaian kinerja (Performance
Appraisal) merupakan fungsi kunci untuk melaksanakan manajemen
sumberdaya manusia secara efektif.
Sistem pengukuran kinerja memiliki sasaran inplementasi
strategi. Dalam menetapkan sistem pengukuran kinerja, manajemen puncak memilih
serangkaian ukuran-ukuran yang menunjukan strategi perusahaan. Ukuran-ukuran
ini dapat dilihat sebgai faktor kesuksesan kritis saat ini dan masa depan. Jika
faktor-faktor ini diperbaiki, maka perusahaan telah menerapkan strateginya.
Kesuksesan suatu strategi tergantung pada strateginya itu sendiri. Sistem
pengukuran kinerja secara ringkas merupakan mekanisme perbaikan lingkungan
organisasi agar berhasil dalam menerapkan strategi perusahaan. Ukuran keuangan, kesuksesan perusahaan, laba dan pendapatan,
menunjukan hasil keputusan masa lalu yang telah diambil oleh perusahaan. Karena
dunia usaha telah menggunakan ukuran pendapatan dan biaya untuk jangka waktu
yang lama, ukuran ini cukup baik. Namun beberapa tahun terakhir menunjukan
adanya peningkatan kebutuhan untuk menggunakan pengukuran non keuangan.
Agar
penilaian kinerja berjalan dengan efektif hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan program penilaian kinerja yaitu :
- Tujuan
penilaian harus sudah ditetapkan di awal
- Instrumen
penilaian jelas
- Standar
penilaian harus ditetapkan terlebih dahulu sebagai acuan penilaian dengan
tujuan mengurangi ketidakpuasan orang yang dinilai
- Menetapkan
Siapa yang menilai
- Menetapkan
Siapa yang dinilai
- Waktu
penilaian yaitu Kapan harus menilai
- Melakukan
Pelatihan bagi penilai untuk mendapatkan pemahaman yang sama atas
instrument penilaian
- Umpan
balik dan mengimplikasikan penilaian
Manfaat
Pengukuran Kinerja
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif & efisien
melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
karyawan.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan
karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana
atasan mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan
Faktor-Faktor Pengukuran Kinerja
Tiga dimensi kinerja yang perlu
dimasukkan dalam pengukuran prestasi kerja, yaitu:
1.
Tingkat kedisiplinan karyawan sebagai suatu bentuk
pemenuhan kebutuhan organisasi untuk menahan orang-orang di dalam organisasi,
yang dijabarkan dalam penilaian terhadap ketidakhadiran, keterlambatan, dan
lama waktu kerja.
2.
Tingkat kemampuan karyawan sebagai suatu bentuk pemenuhan
Kebutuhan organisasi untuk memperoleh hasil penyelesaian tugas yang
terandalkan, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas kinerja yang harus
dicapai oleh seorang karyawan.
3.
Perilaku-perilaku inovatif dan spontan di luar
persyaratan-persyaratan tugas formal untuk meningkatkan efektivitas organisasi,
antara lain dalam bentuk kerja sama, tindakan protektif, gagasan-gagasan yang
konstruktif dan kreatif, pelatihan diri, serta sikap-sikap lain yang
menguntungkan organisasi.
1.2 Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja perusahaan
dengan berbagai sudut pandang
Evaluasi
kinerja dilakukan untuk menilai apakah berbagai ukuran baik keuangan maupun non
keuangan membaik dengan berjalannya waktu. Terdapat dua sistem dalam evaluasi
kinerja, yaitu:
1.
Evaluasi kinerja
berdasarkan keuangan, adalah pengukuran dengan membandingkan berbagai hasil
sesungguhnya dengan hasil yang dianggarkan.
2.
Evaluasi kinerja
berdasarkan aktivitas, adalah pengukuran yang lebih menekankan pada perbaikan
kinerja.
Perbandingan
Evaluasi Kinerja Berdasrakan Keuangan dengan
Evaluasi
Kinerja Berdasarkan Aktivitas
Evaluasi
Kinerja Berdasarkan Keuangan
|
Evaluasi
Kinerja Berdasarkan Aktivitas
|
1. Efisiensi
keuangan
|
1. Pengurangan
waktu
|
2. Biaya
yang dapat dikendalikan
|
2. Perbaikan
kualitas
|
3. Biaya
aktual versus standar
|
3. Pengurangan
biaya
|
4. Ukuran
keuangan
|
4. Pengukuran
tren
|
Selain
dua sistem evaluasi tersebut, teknik evaluasi lain yang sering digunakan perusahaan adalah SWOT, yaitu
metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Faktor – faktor tersebut antara lain strengths yang berarti kekuatan, weaknesses atau kelemahan, opportunities atau peluang, dan threats atau ancaman. Semua faktor – faktor
tersebut adalah hal yang akan di evaluasi perusahaan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan.
a.
Kekuatan internal: merupakan hal yang positif seperti sifat-sifat pribadi
(karyawan) yang positif, keterampilan yang relevan dengan pekerjaan,
kompetensi, pengetahuan dan pengalaman kerja, wawasan dan pengetahuan yang
baik, jaringan, komitmen yang kuat, antusiasme dan semangat mencapai visi dan
misi.
b.
Kelemahan: merupakan hal negatif, seperti : karakteristik pribadi
(karyawan) negatif dan kebiasaan kerja yang buruk, kurangnya pengalaman kerja
atau pengalaman yang relevan, kurangnya pendidikan, tidak ada jaringan
atau yang kecil, kurangnya arah atau fokus , kurangnya keterampilan manajemen
professional.
c.
Peluang: Peluang adalah peristiwa-peristiwa eksternal yang tak terkendali
yang dapat digunakan perusahaan , seperti : tren yang sedang booming,
perekonomian yang sedang stabil, sebuah proyek perusahaan yang akan datang, ,
menggunakan teknologi yang baru.
d.
Ancaman: merupakan faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol dan
mengharuskan perusahaan untuk mengambil tindakan antisipasi, contoh dari
ancaman seperti : perubahan persyaratan pasar, perubahan standar profesional,
munculnya pesaing baik dari perusahaan, perubahan regulasi pemerintah.
1.3
Balanced Scoredcard
Balanced
scoredcard merupakan contoh sistem pengukuran kinerja. Balanced scoredcard
diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton. Ia menekankan keseimbangan antara ukuran
strategis dalam upaya mencapai keselarasan tujuan, sehingga mendorong bawahan
untuk bertindak sesuai dengan tujuan perusahaan. Untuk mendukung keselarasan
tujuan balanced scoredcard merupakan alat dalam memfokuskan organisasi,
meningkatkan komunikasi, menetapkan tujuan organisasi, dan menyediakan umpan
balik bagi manajemen. Setiap ukuran dalam balanced scoredcard menekankan aspek
strategi perusahaan. Dalam membuat balanced scoredcard, eksekutif harus memilih
seperangkat ukuran yang :
1. Menunjukan faktor kritis secara akurat yang akan menentukan
kesuksesan strategi perusahaan.
2. Menunjukan hubungan diantara ukuran individual sebagai
penyebab.
3. Menyediakan pandangan yang lebih luas tentang status terkini
perusahaan.
Perspektif
Balanced Scorecard
1.
Perspektif
keuangan
Kinerja keuangan
mengukur kinerja perusahaan dalam memperoleh laba dan nilai pasar. Ukuran
keuangan biasanya diwujudkan dalam profitabilitas, pertumbuhan dan nilai
pemegang saham. Alat ukur yang biasa digunakan adalah return on investement dan residual income.
2.
Perspektif
kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan ini
diukur dari bagaimana perusahaan dapat memuaskan pelanggan. Alat ukur yang bias
digunakan adalah market share, customer
retension, customer acquisition, customer satisfaction dan custumer
profitability.
3.
Perspektif
proses bisnis internal
Dalam perspektif ini
kinerja perusahaan diukur dari bagaimana perusahaan dapat menghasilkan
produk atau jasa secara efisien dan efektif. Ukuran yang biasa
digunakan adalah kualitas, response time,
cost dan pengenalan produk baru.
4.
Perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran
Perspektif ini
menekankan pada magaimana perusahaan dapat berinovasi dan terus tumbuh dan
berkembang agar dapat bersaing dimasa sekarang maupun dimasa datang. Oleh
karena itu sumber daya ditutut untuk produktif dan terus belajar agar mempunyai
kemampuan dalam berinovasi dan mengembangkan produk baru yang memiliki value
bagi custumer. Alat ukur yang biasa dipakai adalah employee satisfaction dan information
sytem available.
Karakteristik Umum Balance Scorecard
Ukuran
kinerja yang digunakan di pendekatan balance
Scorecard cenderung dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu: keuangan,
konsumen, proses bisnis internal serta learning
and growth. Proses bisnis internal adalah segala sesuatu yang dilakukan
perusahaan dalam usahanya memuaskan konsumen, yaitu hal yang dibutuhkan untuk
meningkatkan hasil keuangan. Ditekankan bukan hanya sekedar pencapaian beberapa
tujuan khususnya seperti laba, namun dalam pendekatan balance scorecard, peningkatan berkelanjutan yang ditekankan.
Manajemen
harus berhati – hati dalam menyeleksi ukuran kinerja untuk balance scorecard perusahaan mereka, serta tetap mengingat
poin-poin berikut ini:
a.
Ukuran
kinerja harus konsisten dan sesuai dengan strategi perusahaan
b.
Tidak
mempunyai ukuran kinerja yang terlalu banyak, hal ini dapat menimbulkan fokus
berkurang dan membingungkan.
Strategi Perusahaan dan Balance Scorecard
Tiap
– tiap perusahaan harus menentukan konsumen mana yang menjadi target dan proses
bisnis internal mana yang penting untuk menarik dan mempertahankan konsumen
mereka. Perusahaan yang berbeda dengan strategi berbeda akan mentargetkan
konsumen yang berbeda dengan macam produk dan jasa yang berbeda pula.
Jika
balance scorecard disusun dengan
benar, ukuran kinerja seharusnya dihubungkan bersama – sama berdasarkan sebab
akibat. Kemudia masing – masing hubungan itu dapat dibaca sebagai sebuah
hipotesa dalam bentuk “jika kita meningkatkan ukuran kinerja ini, maka ukuran
kinerja lainnya juga meningkat”.
Intinya
balance scorecard membicarakan suatu
teori tentang bagaimana perusahaan dapat mencapai hasil yang diinginkan dengan
menggunakan tindakan – tindakan konkrit. Salah satu manfaat balance scorecard adalah secara
berkelanjutan menguji teori yang mendasari strategi manajemen. Jika strategi
tersebut tidak berjalan, maka dapat dibuktikan dengan tidak terjadinya dampak
yang diprediksi.
Penerapan
Balanced Scoredcard
Penerapan balanced
scoredcard dapat diikhtisarkan menjadi 4 langkah :
1.
Menentukan
strategi
Membuat suatu jaringan
antara strategi dan tindakan operasional akibatnya adalah perlu proses
penentuan balanced scoredcard dengan menetukan strategi organisasi. Pada
tahapan ini penting dipahami bahwa tujuan organisasi dijelaskan ssecara
eksplisit dan target yang ingin dicapai
telah dikembangkan.
2.
Menentukan
ukuran dari strategi
Langkah berikutnya
adalah mengmbangkan ukuran-ukuran dalam mendukung strategi yang telah
diterapkan. Organisasi harus fokus pada ukuarn-ukuarn penting dari strategi.
3.
Menyatukan
ukuran yang sudah ditetapkan ke dalam sistem manajemen.
Balanced scoredcard
harus disatukan dengan struktur formal dan informal organisasi, budaya, dan praktik-praktik
sumber dayanya.
4.
Menelaah
ukuran dan hasil secara rutin
Sekali balanced
scoredcard berjalan maka secara konsisten harus ditelaah oleh manajemen puncak. Aspek penting dari telaah ini
adalah:
a.
Telaah
memberitahukan manajemen apakah strategi telah diterapkan.
b.
Telaah
diujikan bahwa manajemen serius terhadap ukuran-ukuran yang ada.
c.
Telaah
telah tetap menggariskan ukuran tegrhadap strategi yang berubah.
d.
Telaah
memperbaiki pengukuran.
Keunggulan
Balanced Scoredcard
1.
Merupakan
konsep pengukuran yang komprehensif.
Balanced Scorecard memperluas perspektif
yang dicakup dalam perencanaan strategik, dari yang sebelumnya hanya terbatas
pada perspektif keuangan, meluas ketiga perspektif lain: pelanggan, proses
bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
2.
Merupakan
konsep yang adaptif & responsif terhadap lingkungan bisnis.
Keseimbangan sasaran strategik yang
dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik penting untuk menghasilkan kinerja
keuangan yang berkesinambungan. Dengan demikian, nilai keempat perspektif
tersebut dalam Balanced Scorecard adalah seimbang, di mana perspektif yang satu
tidak melebihi perspektif yang lainnya.
3.
Memberikan
fokus terhadap tujuan menyeluruh perusahaan.
Balanced Scorecard mengukur
sasaran-sasaran strategik yang sulit untuk diukur. Sasaran strategik pada perspektif
pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan merupakan
sasaran yang tidak mudah diukur. Namun, dalam pendekatan Balanced Scorecard
ketiga perspektif nonkeuangan tersebut ditentukan ukurannya agar dapat
dikelola, sehingga dapat diwujudkan untuk mengukur kinerja perusahaan. Dengan
demikian, keterukuran sasaran strategik pada ketiga perspektif tersebut
menjanjikan perwujudan berbagai sasaran strategik nonkeuangan, sehingga kinerja
keuangan dapat berlipatganda dan berkesinambungan.
Kelemahan
Balanced Scoredcard
1.
Kurangnya
hubungan antara ukuran & hasil non keuangan.
2.
Fixation on financial results.
3.
Tidak
adanya mekanisme perbaikan.
4.
Ukuran-ukurannya
tidak diperbaharui.
5.
Pengukuran
terlalu berlebihan.
6.
Kesulitan
dalam menentukan trade off.
Beberapa Ukuran Kinerja Proses Bisnis Internal
WAKTU SIKLUS PENGIRIMAN jumlah
waktu dari order diterima dari konsumen sampai pada saat order yang lengkap
dikirimkan disebut waktu siklus pengiriman. Masalah waktu ini menjadi perhatian
kunci bagi beberapa konsumen, yang menyukai waktu siklus pengiriman sesingkat
mungkin. Memotong siklus waktu pengiriman memberikan keunggulan kompetitif bagi
perusahaan – dan munkin dibutuhkan untuk kelangsungan hidup perusahaan – dan
oleh karena itu beberapa perusahaan akan memasukkan ukuran kinerja ini dalam balance scorecard mereka
THROUGHT TIME Jumlah waktu
yang diperlukan untuk mengubah bahan baku menjadi produl jadi disebut throught time atau manufacturing cycle time. Waktu ini terdiri dari process time, inspection time, move time dan
queue time. Satu – satunya dari
keempat aktivitas tersebut yang bernilai tambah bagi produk adalah process time. Ketiga aktivitas lainnya
tidak menambah nilai dan seharusnya dihapuskan semaksimal mungkin.
MANUFACTURING CYCLE EFFICIENCY
(MCE) melalui usaha bersama untuk menghapuskan aktivitas yang tidak bernilai
tambah, beberapa perusahaan telah mengurangi throught time. Hal ini membantu untuk mengurangi siklus pengiriman
dari bulanan menjadi hanya minggu atau hari. MCE dihitung dengan menghubungkan
waktu bernilai tambah ke throught time.
Rumusnya adalah:
|
Throughtput (manufacturing cycle) time
Jika MCE kurang dari 1, maka
terdaat aktivitas yang tidak bernilai tambah ada dalam proses produksi. MCE =
0,5 berarti bahwa separuh dari waktu produksi total terdiri dari inspeksi,
moving dan aktivitas tidak bernilai tambah.
Waktu tunggu
|
waktu pemrosesan + waktu
inspeksi + move time + waktu antri
|
|
Contoh soal:
Novex Company memelihara dengan hati-hati penelusuran waktu yang
berhubungan dengan order dan produksinya. Selama kuartalan terakhir, rata –
rata waktu untuk tiap – tiap unit atau order adalah sebagai berikut:
|
Hari
|
Waktu Tunggu
|
17,0
|
Waktu inspeksi
|
0,4
|
Waktu pemrosesan
|
2,0
|
Move time
|
0,6
|
Queue time
|
5,0
|
Barang dikirimka segera setelah produksi selesai
Diminta:
1.
Hitunglah throught time atau
velositas produksi
2.
Hitunglah manufacturing cycle
efficiency (MCE)
3.
Berapakah waktu produksi yang merupakan aktivitas bukan penambah nilai?
4.
Hitunglah siklus waktu pengiriman
Solusi:
1.
Throught time = waktu pemrosesan + waktu
inspeksi + move time + queue time
= 2,0 hari + 0,4 hari + 0,6 hari + 5,0 hari
= 8,0 hari
2.
Hanya waktu pemrosesan yang mewakili waktu penambah nilai, oleh karena itu
perhitungan MCE adalah sebagai berikut:
|
Waktu bernilai tambah
Throughtput (manufacturing cycle) time
= 2,0 hari/ 8,0 hari
= 0,25
Jadi, pada saat dimasukkan dalam produksi, unit yang sesungguhnya
dikerjakan hanya 25% dari waktu yang ada.
3.
Pada saat MCE = 25%, tambahannya atau 75% dari waktu produksi total
dikeluarkan untuk aktivitas bukan bernilai tambah.
4.
Waktu siklus pengiriman = waktu tunggu + throught time
= 17,0 hari + 8,0 hari
= 25 hari.
Contoh Kasus Evaluasi Kinerja
SISTEM INFORMASI PENILAIAN KINERJA PEGAWAI PADA
KANTOR PELAYANAN IMPOR MENGGUNAKAN METODE 360-DERAJAT
(Studi kasus pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A1
Juanda Surabaya)
Penilaian kinerja pegawai adalah masalah penting bagi
seluruh organisasi atau perusahaan. Untuk mendapatkan kinerja yang memuaskan
tidak terjadi secara otomatis. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus
diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat
pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu
organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari
suatu kebijakan operasional. Kualitas kinerja akan diketahui dengan menggunakan
sistem penilaian dari manajemen yang baik.
Untuk memperoleh keakurasian data, kecepatan waktu, dan
objektifitas
dalam proses penilaian kinerja pegawai Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A1
Juanda Surabaya, dibutuhkan sebuah sistem informasi penilaian kinerja pegawai. Hasil penilaian itu dapat
dipakai oleh organisasi untuk memperbaiki atau mempertahankan pengalokasian
waktu yang sudah dilakukan agar kinerja organisasi dapat ditingkatkan
(Longenecker:1996). Sistem informasi penilaian kinerja pegawai dapat membantu
proses penilaian kinerja pegawai Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A1 Juanda
Surabaya menjadi lebih akurat dengan menerapkan metode penilaian kinerja yang sesuai.
Dengan adanya sistem informasi penilaian kinerja pegawai
pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
Tipe A1 Juanda Surabaya diharapkan dapat menghasilkan suatu sistem informasi
penilaian kinerja pegawai
yang akurat dan dapat mengurangi subyektifitas untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang timbul. Analisis dan
perancangan sistem informasi penilaian kinerja pegawai ini juga diharapkan dapat membantu
merancang suatu sistem dalam pengambilan keputusan untuk menentukan pegawai
yang kompeten berdasarkan hasil penilaian kinerja pegawai sesuai dengan metode 360-derajat yang
diterapkan. Hasil penilaian itu dapat dipakai oleh organisasi untuk memperbaiki
atau mempertahankan pengalokasian waktu yang sudah dilakukan agar kinerja
organisasi dapat ditingkatkan (Longenecker:1996).
LANDASAN TEORI
Standar
Kinerja
Menurut Mathis
dan Jackson (2002:78) standar
kinerja menjelaskan tingkat-tingkat kinerja yang diharapkan, dan merupakan
bahan perbandingan, tujuan atau target, tergantung dari pendekatan yang
diambil. Semakin jelas standar kinerjanya, makin akurat tingkat penilaian
kinerjanya. Masalahnya, baik para penyelia maupun pegawai tidak seluruhnya
mengerti apa yang seharusnya mereka kerjakan.
Standar kinerja yang realistis, terukur, dan mudah dipahami
menguntungkan baik bagi organisasi maupun pegawai. Dalam artian, standar
kinerja mendefinisikan tentang pekerjaan yang tergolong memuaskan. Hal yang
seharusnya dilakukan adalah menetapkan
standar-standar sebelum pekerjaan itu tampil, sehingga semua yang terlibat akan
memahami tingkat kinerja yang diharapkan.
Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah suatu
proses dalam organisasi yang bertujuan mengevaluasi pelaksanaan kerja
masing-masing individu dalam organisasi tersebut (Simamora, 1999:415). Dalam penilaian kinerja dinilai kontribusi pegawai kepada
organisasi selama periode waktu tertentu. Umpan balik kinerja (performance
feedback) memungkinkan pegawai mengetahui seberapa baik mereka bekerja jika
dibandingkan dengan standar-standar organisasi. Apabila penilaian kinerja
dilakukan secara benar, para pegawai, penyelia-penyelia mereka, departemen
sumber daya manusia, dan akhirnya organisasi akan diuntungkan dengan pemastian
bahwa upaya-upaya individu memberikan kontribusi kepada fokus strategik
organisasi. Adapun kriteria
penilaian unjuk kerja pegawai pada Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A1 Juanda Surabaya dapat dilihat pada tabel berikut:
Metode 360 Derajat
Menurut Antonioni (1996), Cara kerja metode penilaian 360
derajat adalah penilaian seorang pegawai tidak saja diambil dari penilaian
atasan langsung ataupun atasan kedua di atasnya, akan tetapi juga dimintakan
dari rekan sekerja yang satu level (peer) maupun dari bawahan langsung
(subordinate) yang bersangkutan.
Manfaat
yang akan diperoleh apabila organisasi di Indonesia menerapkan penilaian 360 derajat
adalah semua penilaian yang diberikan oleh pimpinan, bawahan, rekan sejawat dan
diri sendiri dapat memberikan hasil yang sangat akurat dan objektif mengenai
kinerja pihak yang dinilai. Semua informasi yang diperoleh dari berbagai sumber
(pimpinan dan rekan sejawat) dapat menambah keakuratan dan keobjektifan dalam
melakukan penilaian kinerja.
DESAIN ARSITEKTUR
Analisis Kebutuhan
Berdasarkan hasil analisis permasalahan dalam proses
penilaian kinerja pegawai yang sedang berlangsung saat ini, maka dapat
dilakukan analisis terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dapat membantu
menyelesaikan permasalahan yang timbul. Adapun
kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah sebagai betikut:
1. Sub Bagian Kepegawaian
a. Kebutuhan
akan media penyimpanan data (history)
yang dapat menyimpan dan menjamin keamanan data pegawai dalam sebuah database pada proses pengolahan data.
b. Kebutuhan akan sistem informasi kehadiran pegawai yang
dapat menyimpan data kehadiran untuk menghitung kehadiran pegawai yang
digunakan dalam perhitungan disiplin kerja.
c. Kebutuhan akan media penyimpanan data (history) yang dapat menyimpan data hasil
penilaian yang digunakan dalam perekapan data penilaian sehingga proses
tersebut menjadi tepat waktu.
d. Kebutuhan akan media penyimpanan data (history) yang dapat menyimpan data hasil rekapan yang digunakan
dalam proses pembuatan laporan ke pihak manajemen menjadi tepat waktu.
e. Kebutuhan akan rancangan desain laporan yang akan dicetak
sehingga dapat menjadi bentuk laporan yang mudah untuk dianalisis oleh pihak
manajemen untuk kepentingan perusahaan.
2.
Kepala
Kantor
a. Kebutuhan
akan rancangan basis data yang dapat menyimpan standarisasi kriteria penilaian
yang dijabarkan dengan lebih detil berdasarkan proses pencatatan transaksi
pekerjaan dan kehadiran sehingga mengurangi unsur subyektifitas.
b. Kebutuhan akan rancangan basis data yang dapat menyimpan
detil skala likert penilaian sebagai
acuan penilaian sehingga kecenderungan memusat pada skala rata-rata atau sedang
menjadi berkurang.
c. Kebutuhan akan rancangan basis data yang dapat memuat
data pendukung penilaian secara lebih kompleks sehingga proses penilaian
kinerja pegawai oleh seorang kepala kantor menjadi lebih sederhana dan lebih
terintegrasi.
d. Kebutuhan akan penerapan sebuah metode yang sesuai dengan
permasalahan penilaian kinerja pegawai yang memungkinkan pegawai untuk
memperoleh kesempatan menerima umpan balik
dari atasan dan rekan kerjanya dan dapat memberikan informasi yang tepat
bagi individu untuk mengembangkan karirnya sebagai pegawai, kolega maupun staf
berdasarkan pandangan orang lain.
3. Kepala Seksi
a. Kebutuhan
akan rancangan basis data yang dapat menyimpan standarisasi kriteria penilaian
yang dijabarkan dengan lebih detail berdasarkan proses pencatatan transaksi
pekerjaan dan kehadiran sehingga mengurangi unsur subjektifitas.
b. Kebutuhan akan rancangan basis data yang dapat menyimpan
detil skala likert penilaian sebagai
acuan penilaian sehingga kecenderungan memusat pada skala rata-rata atau sedang
menjadi berkurang.
c. Kebutuhan akan rancangan basis data yang dapat memuat
data pendukung penilaian secara lebih kompleks sehingga proses penilaian
kinerja pegawai oleh seorang kepala
seksi menjadi lebih sederhana dan lebih terintegrasi.
d. Kebutuhan akan penerapan sebuah metode yang sesuai dengan
permasalahan penilaian kinerja pegawai yang memungkinkan pegawai untuk
memperoleh kesempatan menerima umpan balik dari atasan dan rekan kerjanya dan
dapat memberikan informasi yang tepat bagi individu untuk mengembangkan karirnya
sebagai pegawai, kolega maupun staf berdasarkan pandangan orang lain.
4.
Kepala Sub
Seksi
a.
Kebutuhan akan
rancangan basis data yang dapat menyimpan standarisasi kriteria penilaian yang
dijabarkan dengan lebih detil berdasarkan proses pencatatan transaksi pekerjaan
dan kehadiran sehingga mengurangi unsur subyektifitas.
b.
Kebutuhan
akan rancangan basis data yang dapat menyimpan detil skala likert penilaian sebagai acuan penilaian sehingga kecenderungan
memusat pada skala rata-rata atau sedang menjadi berkurang.
c.
Kebutuhan
akan rancangan basis data yang dapat memuat data pendukung penilaian secara
lebih kompleks sehingga proses penilaian kinerja pegawai oleh seorang pimpinan
menjadi lebih sederhana dan lebih terintegrasi.
d.
Kebutuhan
akan penerapan sebuah metode yang sesuai dengan permasalahan penilaian kinerja
pegawai yang memungkinkan pegawai untuk memperoleh kesempatan menerima umpan
balik dari atasan dan rekan kerjanya dan dapat memberikan informasi yang tepat
bagi individu untuk mengembangkan karirnya sebagai pegawai, kolega maupun staf
berdasarkan pandangan orang lain.
Penyelesaian Masalah
Dengan
sistem ini diharapkan mampu memberikan informasi yang akurat dan mendukung
dalam penentuan penilaian dengan cara memberikan kemudahaan memproses dengan
komputer pada sistem ini, informasi kinerja pegawai diperoleh dari penilaian
kinerja pegawai yang dilakukan pada pegawai baik secara vertikal maupun
horizontal yang didukung dengan data pegawai, jabatan, bobot kriteria, bobot
subkriteria dan bobot jenis penilaian menghasilkan nilai kinerja pegawai dengan
menggunakan metode 360-degree.
Serangkaian
proses tersebut dilakukan secara terkomputerisasi sehingga efesiensi waktu dan
keakuratan informasi untuk penilaian kinerja pegawai terpenuhi. Yang dimaksud
efisiensi waktu disini adalah melakukan pekerjaan sesingkat-singkatnya dan
memperoleh hasil secepatnya. Serta dapat membantu perusahaan dalam melakukan
proses penilaian kinerja pegawai yang lebih akurat, obyektif, terintegrasi dan
tepat waktu.
Penggambaran alur sistem dilakukan dengan membagi sistem
yang kompleks menjadi sistem yang lebih sederhana dan mudah dimengerti. Pada context diagram menggambarkan entity yang berhubungan langsung dengan
sistem dan aliran data secara umum.
Kesimpulan
Dari
hasil sistem informasi penilaian kinerja pegawai, diperoleh beberapa kesimpulan
yaitu:
Sistem informasi penilaian kinerja
pegawai di Kantor Wilayah Bea dan Cukai Jawa Timur I mampu menginterpretasikan
proses penilaian kinerja secara otomatis dan objektif. Hasil rancangan sistem dapat
didesain dengan multi user sesuai dengan akses yang diberikan. Penilaian
kinerja pegawai dilakukan oleh berbagai sudut pandang pada
setiap transaksi pekerjaan. Data transaksi dan absensi terintegrasi dengan
penilaian kinerja pegawai, sehingga dapat diperoleh hasil penilaian kinerja
secara otomatis dan objektif.
Metode
360 Degree dapat menghasilkan umpan
balik terhadap hasil penilaian kinerja pegawai baik dari atasan, bawahan,
maupun rekan sekerja berdasarkan kriteria penilaian beserta item penilaian yang
dinilai. Hal ini dapat
memberikan pemahaman terhadap individu mengenai bagaimana efektivitasnya
sebagai pegawai, kolega maupun staf berdasarkan pandangan orang lain.
BAB III
PENUTUP
1.4 Kesimpulan
Pengukuran kinerja adalah suatu
penilaian untuk menentukan seberapa efektifnya suatu operasi berjalan dalam
suatu organisasi berdasarkan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Evaluasi kinerja dilakukan untuk menilai
apakah berbagai ukuran baik keuangan maupun non keuangan membaik dengan
berjalannya waktu. Terdapat dua sistem dalam evaluasi kinerja, yaitu:
1. Evaluasi
kinerja berdasarkan keuangan, adalah pengukuran dengan membandingkan berbagai
hasil sesungguhnya dengan hasil yang dianggarkan.
2. Evaluasi
kinerja berdasarkan aktivitas, adalah pengukuran yang lebih menekankan pada
perbaikan kinerja.
Balanced
scoredcard merupakan contoh sistem pengukuran kinerja. Adapun perspektif dalam
balanced scoredcard adalah perspektif keuangan, perspektif kepuasan pelanggan
perspektif proses bisnis internal dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
Keunggulan dari balanced scoredcard antara lain: merupakan konsep pengukuran
yang komprehensif, merupakan konsep yang adaptif & responsif terhadap
lingkungan bisnis, memberikan fokus terhadap tujuan menyeluruh perusahaan.
Sedangkan kelemahan balanced scoredcard adalah: kurangnya hubungan antara
ukuran & hasil non keuangan, fixation on financial results, tidak adanya
mekanisme perbaikan, ukuran-ukurannya tidak diperbaharui, pengukuran terlalu
berlebihan, kesulitan dalam menentukan trade off.
1.5 Saran
Setiap
perusahaan harus dapat mengevaluasi kinerja dari manajemennya, kerena hal
tersebut sangat berpengaruh terhadap kelangsungan perkembangan perusahaan.
Dalam evaluasi kinerja, perusahaan harus mempertimbangkan dua pengukuran yaitu
evaluasi kinerja berdasarkan keuangan dan evaluasi kinerja berdasarkan
aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Hansen, Don R. dan Mowen, Maryanne N. 2009. Akuntansi Manajerial. Salemba Empat:
Jakarta.